22.12.06

kembali pada profesi

dua hari berada pada ruang profesi yang pernah dijalani. menjadi notulist. berdiam diri di ujung ruang. mencatat apa yang didengarkan. sebagai sebuah profesi, ini telah lama ditinggalkan. bila dahulu bisa mencatat 80-90% kata yang terucap. saat ini hanya mencapai 70% kata yang tercatat. sebuah kemunduran, karena sejatinya telah mundur dari sebuah profesi ini. tak ada yang menggantikan. karena kadang profesi ini tak menentu. tak banyak yang membutuhkan. hanya bagi mereka yang perlu sebuah dokumentasi proses yang tengah berlangsung.

entah sampai kapan aku akan temukan kembali profesi yang bagiku lebih menyenangkan. karena sebagai trainer, ini hanya sebagai sebuah kesenangan. apalagi sebagai fasilitator, tidak mengejar materi. bertemu orang adalah sebuah ruang untuk mewujudkan mimpi. agar lebih banyak orang yang berani berbuat untuk mencerdaskan bangsa ini. seperti kata kawan, time tahun ini mengangkat tema peoples of the years are you!

20.12.06

hari yang disibukkan

pagi. agenda IT Kaltim. siang. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. sore. Hukum Lingkungan. malam. Konversi Hutan.

tak adakah kesempatan berbeda dalam mengurai kesibukan. akhir tahun. mengejar ketertinggalan. anggaran yang belum terhabiskan. tak akan melelahkan seandainya satu tahun tetap 365 hari, dan bukan hanya 60 hari.

16.12.06

dejavu

dé·jà vu (day zha voo), [Fr., lit., already seen]:
n psychology, the illusion that one has previously had a given experience. The feeling that you are re-experiencing some specific event, sound, or scent from the past in the present. An impression of having seen or experienced something before.
terkadang tak menyadari. sebuah kondisi yang berulang. tak pernah tahu kapan ia akan hadir. situasi ruang yang sama. kawan di sekitar berada pada posisinya. pengulangan. memori. halusinasi. sekedar mencari keberadaan ruang

ular dan senjata api

menjelang pagi. setelah usai genderang subuh ditabuhkan. berada dalam ruang berbeda. dalam perjalanan di sebuah wilayah tak bertuan, aku terbenam diantara rawa kecil terakhir di seberang hamparan tanah kering. seekor ular, tak lebih satu meter, sisik didominasi hitam dengan putih mengelilinginya. bergerak mendekat. sesaat ia menerkam kakiku yang masih terbenam di lumpur rawa. kutarik kepala kecilnya. ia berontak. tak bergerak menjauh. gigi kecil putihnya mengarah ke wajah. tak ada sakit terasa.

secepatnya aku menarik tubuhnya yang licin. terlepas ia dari wajahku. dari ujung ekor. kutarik tubuhnya yang berlendir. perlahan badannya memutih. sisik luar terlepas. melepas dari dirinya. sisik hitam kelam nampak berkilau di balik kulitnya yang terlepas. kepalanya mulai tercekik. tak jua habis jiwanya. sesaat aku tak mampu memandangnya. tak ada yang terlihat. suram. gelap.

"warga sipil tak lagi boleh memegang senjata api" ujar seorang pejabat kepolisian. "senjata api hanya bagi atlet olahraga menembak. selama ini sering kali senjata api disalah gunakan". siaran berita di saluran televisi negeri. aku berada di antara alam nyata dan ruang berbeda. tak jelas lagi dimana ular tadi berada. entah kapan ia akan kembali. entah waktu kapan ia akan datang. mungkin aku tak bisa menembak ular itu dengan senjata api, karena senjata api telah ditarik dari disimpan di ruang kepolisian. entahlah. aku masih bertanya di pagi ini, "sedang berada di ruang mana aku saati ini?"

[061217:10.45; dalam pagi menjelang]

eco-porn

Fuck For Forest, or FFF, is an environmental organisation founded in Norway by Leona Johansson and Tommy Hol Ellingsen, which raises money for rescuing the world's rainforests by producing pornographic material or having sex in public. In their first half year of existence the group received seed funding from the government of Norway. [http://en.wikipedia.org/wiki/Fuck_for_Forest]

Memilih jalan berbeda untuk menyelamatkan hutan tropis yang tersisa. Melakukan yang bagi banyak orang sebuah pelanggaran. Agama. Keyakinan.Kesusilaan. Di antara rimba Norwegia. Eco-porn.

tak penting jalan berbeda !

---------
tautan: http://timpakul.hijaubiru.org/jalan/