1.3.07

Haruskah berdiam diri?

Dalam sebuah praktikum lapangan, dalam proses pembelajaran melakukan
penilaian lingkungan hidup pada sebuah perusahaan tambang. Sebuah nada
sambung berujar "Diharapkan temuan ini hanya dalam ruang ini, karena
kita sedang praktikum, dan diharapkan tidak menjadi konsumsi publik".
Menyedihkan, mungkin kata ini yang bisa disampaikan. Saat menemukan
sebuah proses penghancuran lingkungan hidup yang dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan, seorang akademisi menyatakan "kita harus
diam saja". Inikah fenomena negeri ini yang tak pernah ingin menuntaskan
permasalahan yang dideritanya.

Pada proses yang berbeda, seringkali menemukan kalimat "Saya tidak
setuju dengan itu, tapi apalah saya". Ketidakpunyanyalian yang
terwariskan oleh penjajahan negeri, sehingga permasalahan semakin
menggumpal dan membatu. Negeri ini bagi semua, tak mungkin terus
dibiarkan permasalahan berkelanjutan. Harus ada jalan singkat untuk
menuju hilangnya permasalahan. Ataukah selalu dinantikan hilangnya
masalah tersapu angin puting beliung?

Haruskah berdiam diri? Ketika menemukan berbagai hal yang tidak pada
arena kebenaran. Sudah lupakah pula pada do'a suci yang dilantunkan
setiap memulai hari? "Tunjukanlah yang benar itu benar, dan yang salah
adalah salah". Sudah lupakah pula pada lantunan sanjak negeri ini? Akan
ada banyak tanya yang tidak perlu dijawab. Akan ada banyak celoteh yang
tak penting diperdengarkan. Negeri ini sedang sakit, dan negeri ini
hanya membutuhkan sekumpulan manusia yang jujur, cerdas dan berani. Yang
terkadang lebih sering menghuni sebuah jargon "Ia sedang gila".

No comments: